Cikal bakal budidaya padi sawah di hamparan Amedalu

Bermula dari 0.35 Ha cetak sawah swadaya secara manual tahun 2007
Pak Lapae Petani yang pertama kali membuka sawah di Hamparan Amedalu
Konawe, PK.
    Dengan penuh niat dan tekad tahun 1988 Pak Lapae menjual sawahnya seluas 0.35 hektar yang terletak di Desa Lawulo Kecamatan Unaaha Kabupaten Kendari ketika itu (saat ini Kel. Lawulo Kec. Anggaberi Kab. Konawe), dari hasil penjualan tanahnya tersebut kemudian mempekerjakan rekan-rekan petaninya untuk pembuatan pematang batas tanah sekitar 15 hektar luasnya.
    Awal pekerjaannya itu banyak orang menganggap bahwa disitulah awal kegilaannya, pada tahun 2007 Pak Lapae di akhir musim kemarau mulai membuat pematang sawah seluas 0.35 Ha, sulitnya membuat pematang di musim kemarau di hamparan Amedalu ketika mencangkul bukan kena percikan air melainkan debu yang berterbangan
.
     Yang paling menyayat hati, kata Pak Lapae saat itu beberapa kerabat terdekatnya ketika menghampirinya pada saat kerja mereka menyindirnya "Ambil Dimana Bibit Pisangnya yang mau di tanam?", namun di acuhkannya. Alhamndulillah atas kuasa tuhan setelah usai pematangnya di kerja hujan pun mulai turun dan kemudian Pak Lapae membendung anak sungai Konawe Inehe maka terairilah areal sawahnya hingga satu musim tanam pada tahun tersebut.

Terbentuknya Kelompok Tani Hingga Lima Kelompok
     Pada tahun berikutnya 2008 Pak lapae  menambah olahan areal sawahnya seluas 1 hektar (jadi 1,35 hektar), dengan susah payah dirinya mencari handtraktor untuk disewa sebab handtraktor yang ada di Kelurahan Lawulo Kecamatan Anggaberi masih terbatas itupun rata-rata pemiliknya tidak bersedia menyewakannya kepada Pak Lapae karena lahannya berat, Musim tanam ke II tahun 2008 luas areal sawah pun di tambah menjadi 5 hektar dengan bantuan tiga orang putranya, Musim Tanam pertama tahun 2009 terus bertambah luas areal persawahan seiring bertambahnya petani pengolah sawah.
      Maka pada tahun 2009 itu pula disepakatilah pembantukan kelompok tani dengan nama Konawe Inehe Jaya sebagai kelompok tani pertama yang terbentuk di bidang persawahan di hamparan Amedalu tersebut, kemudian di susul pembentukan kelompok tani Para Amedalu pada tahun 2011 sebagai kelompok pemekaran dari Konawe Inehe Jaya.
    Kemudian pada tahun 2013 terbentuklah tiga kelompok tani secara massal (terbentuk pada hari/tanggal dan tempat pertemuan yang sama) yakni kelompok tani Alaa Mosolo, Anene dan Wunduongohi Prima. sehingga sampai tahun 2014 sudah lima kelompok tani yang terbentuk di hamparan Amedalu.

Sistem tanam tugal pun dilakukan (Motasu dalam bahasa Tolaki)
Perluasan areal persawahan pun terus dilakukan Pak Lapae, tepatnya tanggal 24 pebruari 2010 dilakukan budidaya tanaman padi secara tradisional yakni sistim tugal (Motasu) yang mana pembukaan lahannya sangat sederhana dengan pembersihan lahan dan persiapan penugalan secara  manual mengandalkan tenaga manusia, dari beberapa upaya keras upaya perluasan sawah oleh pak Lapae ini sudah selayaknyalah mendapatkan apresiasi, sebab dengan upayanya tersebut petani sekitarnya mendapat motivasi untuk berbuat dalam hal usaha budidaya tanaman padi sawah.

Komentar